banner available

Sukses Usaha Sablon Bermodal Laba Jualan Susu

MENJANJIKAN : Jatuh bangun dengan ragam usaha, akhirnya membuat Rendra menjatuhkan pilihan pada usaha percetakan dan sablon yang kini tengah diseriusinya. FOTO IST
MENJANJIKAN : Jatuh bangun dengan ragam usaha, akhirnya membuat Rendra menjatuhkan pilihan pada usaha percetakan dan sablon yang kini tengah diseriusinya. FOTO IST 

Siapa yang mau berusaha, usaha kecil pasti bisa tumbuh besar. Inilah yang dilakukan Rendra. Pria yang kesehariannya sebagai jurnalis di Perum LKBN Antara ini memilih membuka usaha Percetakan dan Sablon di tahun 2011.

Alasan Rendra memilih usaha ini, karena melihat pertumbuhannya kiat pesat. Banyak pemain baru, baik itu dari kalangan mahasiswa maupun umum. Awalnya hanya sambilan, kini mulai ditekuni dengan serius. Usaha itu pun berkembang dengan baik saat ini. “Saya mencari usaha sambilan di luar profesi sebagai wartawan. Saya tidak memiliki basic dan pengetahuan di dunia sablon, namun saya memiliki keingintahuan yang kuat dan ditambah kenekatan. Usaha ini bisa memberikan penghasilan yang menggiurkan,” katanya saat ditemui di Galeri Sablon dan Percetakannya yang beralamat di Jalan Parit Pangeran, Siantan Hulu.

Usaha ini dimulainya tahun 2011. Modal untuk membuka usaha diperoleh dari hasil penjualan susu kedelai. Tahun 2008, dia ditawarkan mengembangkan usaha susu kedelai di Kalbar oleh temannya. Sistem penjualannya, produk dikirim dari Bandung dan dijual di Pontianak dengan dititipkan di apotek. Begitu barang laku, baru disetorkan pendapatannya.
“Bulan pertama, penghasilan saya nol rupiah. Barulah bulan keempat pendapatan pertama saya Rp 145 ribu,” katanya. Hingga akhirnya pendapatan bersihnya terus meningkat hingga Rp 4 juta per bulan.

     Selama setahun, Rendra bisa menyisihkan keuntungan dari berjualan susu kedelai. Tabungannya bertambah. Tepat tahun 2009, dengan modal Rp 20 juta, Rendra memutuskan merintis usaha cafe internet. Usaha itu tidak bertahan lama dan merugi. Kerugian itu tidak menyurutkan niatnya menggeluti dunia wirausaha.

Dia pun kembali mengumpulkan uang dari hasil menjual susu kedelai. Dua tahun, uang pun terkumpul. Uang itu dijadikannya modal usaha dunia clothing di tahun 2011. Sampel desain pakaian distro yang diuploadnya di Facebook mendapat sambutan baik. Orderan pun datang, meski berawal dari para teman dekat. Karena respon pasar yang cukup baik, Rendra memutuskan untuk serius menggeluti usaha itu.

Kendala kembali menerpa. Rendra bisa mendesain pakaian, sayangnya dia tak bisa menyablon. Akhirnya dia browsing di internet dan ditemukan mesin sablon DTG yang cocok untuk usahanya. Sayangnya harga mesin cukup mahal, sementara dia tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. “Saya putar otak agar dapat uang untuk membeli mesin DTG. Saya pun mengajukan proposal kerja sama usaha ke beberapa kenalan. Tentunya, dengan harapan penawaran itu menjadi tambahan modal usaha,” katanya.

Alhasil dari tiga proposalnya, dua ditanggapi serius. Setelah mendapatkan modal, akhirnya  Rendra bisa membeli mesin via online. Namun dia masih belum bisa menggunakan mesin tersebut. Begitu datang, mesin tidak langsung digunakan. Akibatnya, headprint mesin itu mampet dan tidak bisa digunakan. Beruntung, mesin itu masih dalam garansi sehingga bisa mendapatkan biaya penggantian headprint gratis dari penjual.

Rendra berpikir ini bisa menjadi masalah besar bagi usahanya. Apalagi jika mesin rusak, karena tidak digunakan. Rendra pun memutuskan belajar sablon secara manual melalui internet. Setelah berhasil mempelajari beberapa teknik menyablon, Rendra pun memutuskan membeli mesin sablon manual.

Namanya wirausaha, pasti ada risiko yang harus dihadapi. Belum memulai usaha saja dia sudah menjadi korban penipuan. Hal itu dialaminya ketika memesan mesin rotary sablon yang dibeli via online. 50 persen uang pesanan yang dikirimkan via rekening bank lenyap begitu saja. Sampai saat ini mesin pesanannya tersebut tidak jelas ke mana rimbanya.

Namun Rendra tetap memutuskan untuk melanjutkan usaha dengan sisa semangatnya. Perlahan tapi pasti, di bulan pertama dia sudah bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp 3 juta. Tepat, tanggal 12 Desember tahun 2012, Rendra membuka outlet pertamanya di Jalan Parit Pangeran, Siantan Hulu, sekaligus launching usaha dengan brand SILOK (ikan Arawana) yang menjadi ikon dari Kalbar.

Memasuki tahun keempat ini, omzet usahanya terus bertambah. Tak hanya dibidang sablon, karena saat ini usaha yang digelutinya juga sudah berkembang pada bidang percetakan seperti baliho, banner, mug, pin, jam dinding, stiker, kartu nama, ID card, buku Yasin, dan berbagai jenis percetakan lainnya. Tak hanya itu, dia juga masuk ke usaha konveksi dalam pembuatan berbagai jenis pakaian.

Rendra berkeyakinan omzetnya terus bertambah, terlebih setelah bergabung dengan Inkubator Bisnis Bank Indonesia Kalbar. Di sana dia mengaku belajar banyak tentang bagaimana memanajemen usaha dan mengembangkan usaha yang baik.

“Saya bergabung di Inkubator Bisnis Bank Indonesia tahun 2013. Di sana saya bertemu dengan para pengajar yang luar biasa dan teman-teman sesama pengusaha yang luar biasa juga. Saya pun sudah berbagai ilmu tentang wirausaha bagi banyak orang, termasuk bagi warga binaan Lapas Kelas IIA Pontianak yang menjadi mitra kerja dari Inkubator Bisnis Bank Indonesia ini,” pungkasnya. (mse)
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment