banner available

Dulu Pengecer, Sekarang Jadi Agen

MERAPIKAN: Karyawan di Toko Boneka Kartini sedang menyusun dan merapikan boneka-boneka setelah di pilah-pilih pembeli. MARSITA/PONTIANAK POST
MERAPIKAN: Karyawan di Toko Boneka Kartini sedang menyusun dan merapikan boneka-boneka setelah di pilah-pilih pembeli. MARSITA/PONTIANAK POST


SETIAP usaha tentu ada yang namanya kerja keras. Usaha tak bisa langsung melejit naik, melainkan ada tahapan yang harus dilewati. Ini pula yang dialami oleh Uci Sanusi (60 tahun).
Pria asal Jawa Barat ini mulanya datang ke Pontianak untuk merubah nasib.

Beragam jenis usaha dilewatinya, mulai dari menjual cetakan kue, bunga, dan usaha lainnya. “Waktu itu sih bapak sama teman-temannya datang ke sini dan mulai dari usaha satu ke usaha lainnya,” jelas Indra dengan logat Sundanya. Indra adalah anak Uci Sanusi yang turut mengelola usaha tersebut.

Siapa sangka, dari penjualan kecil-kecilan, kini Uci menjadi agen boneka di Pontianak. Tepatnya di rumahnya Jalan RA Kartini No. 28. Setiap harinya pembeli yang datang selalu ramai. Dalam pantauan Probisnis, dalam waktu setengah jam saja,  pengunjung yang datang silih berganti. Ada yang sekedar melihat, tetapi banyak pula yang langsung membeli boneka yang diinginkan.

Selain dibantu oleh anaknya, Uci juga dibantu oleh beberapa karyawan lainnya. “ Setelah beragam usaha yang dilakukan tak kunjung berhasil, bapak kemudian melihat ada peluang dari usaha boneka. Apalagi di Pontianak belum banyak saingan. Bapak pun mulai menjajakan bonekanya dari satu tempat ke tempat lainnya. Awalnya itu boneka yang murah-murah saja. Dari yang harga tiga ribu, lima ribuan ke atas. Sampailah sekarang dari yang 7 ribuan sampai 270 ribuan,” ujarnya.

Tak ada promosi khusus yang dilakukan Uci Sanusi. Ketika berjualan dari satu tempat ke tempat lainnya, banyak orang yang bertanya alaman tempat usahanya. Dia pun mengabarkan. Sejak itulah pengunjung yang datang ke tempat usahanya semakin ramai.

Jika dihitung ada ratusan model boneka. Dari yang tidak ada produksi lagi, sampai produksi terbaru. Di tempat usahanya itu, boneka tidak disusun ke dalam lemari ataupun rak. Tetapi bersusun di kantong-kantong bewarna putih. Satu kantong bisa terdiri dari puluhan boneka. “Sekarang pelanggan kita itu dari yang eceran untuk konsumsi pribadi sampai yang untuk di jual lagi. Mulai dari dalam kota hingga luar kota juga ada,” ucap dia.

Mereka yang membeli dengan eceran, harga yang ditawarkan tentu berbeda jika mereka membeli untuk dijual kembali. Tetapi jangan khawatir kisaran perbedaannya tidak begitu jauh bagi yang ingin membeli eceran. “Jika grosirannya 7 ribuan, maka ecerannya itu harganya menjadi 12 ribuan. Kita tidak mematok jumlah minimal dari pembeli grosiran. Tapi rata-rata jarang yang ambil sepuluh atau lima belas. Rata-rata itu satu karung,” paparnya.

Valentine, Hari Raya Natal, dan bulan Agustus adalah waktu-waktu penjualan yang mengalami peningkatan. Momen tersebut memang dimanfaatkan orang untuk berbagai hal, terutama untuk memberikan kado bagi orang terkasih. “Tak ada kesulitan untuk usaha ini, sebab kami membelinya dari Bandung, kebetulan usaha keluarga juga di sana. Jadi mereka sudah mengemasnya dengan rapi. Tidak perlu perawatan khusus,” katanya.

Dalam sebulan, pengiriman boneka dari Bandung bisa dua kali. Namun, kata dia kadang kala harus tertunda karena cuaca yang tidak bersahabat. “Kalau gelombang lagi besar, pengiriman pasti terlambat,” pungkasnya. (mrd)
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment