PRODUKSI : Ayak (63 th), pengusaha mebel yang mengkhususkan diri membuat kursi-kursi kafe mampu menghasilkan sekira Rp 50 juta saban bulannya. MEIDY KHADAFI/PONTIANAK POST |
Berkembangnya bisnis warung kopi dan kafe di Pontianak dan sekitarnya turut memicu usaha mebel. Ayak (63 th), pengusaha mebel yang mengkhususkan diri membuat kursi-kursi kafe mampu menghasilkan sekira Rp 50 juta saban bulannya.
Meski sudah berumur, tubuh Ayak masih terlihat segar. Di bengkel mebel miliknya, Jalan Adisucipto, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya dia bersama 7 karyawannya sibuk mengerjakan kursi dan meja pesanan. Beberapa sibuk menggergaji bahan kursi. Sementara yang lain asyik mengelas untuk menyambungkan potongan besi menjadi rangka kursi. Sementara yang lain mengecat kursi dan meja yang hampir jadi.
“Akhir-akhir ini memang ramai pesanan. Banyak warung dan kafe yang buka. Ada juga warung lama yang mau ganti kursi dan mejanya. Bahkan kadang kalau terlalu banyak pesanan, saya bisa menolak, karena banyak target yang belum selesai. Tetapi sekarang kondisinya masih normal,” ujarnya kepada Pontianak Post, kemarin (23/10).
Disebutkan dia, produknya memiliki ciri khas, baik dari segi bahan maupun desain. Dengan kekhasan tersebut, dirinya tidak takut bersaing dengan produk-produk bermerek dan pabrikan nasional maupun impor. Lagi pula harga yang ditawarkannya relatif lebih murah dibandingkan dengan produk bermerek dengan bahan sejenis. “Bisa dilihat desain kursi saya. Tidak ada tempat lain yang model dan motifnya seperti ini. Karena sudah saya patenkan juga modelnya. Konsumen menyukai desain saya. Tetapi saya juga bisa membuat kursi dengan desain mereka sendiri,” ujarnya.
Selain nilai seni yang tinggi dan proses pembuatan yang cukup rumit, yang ditawarkan olehnya adalah kualitas kayu dan besi sebagai bahan pembuat kursi serta meja. Kayu yang digunakan merupakan kayu yang memiliki ketahanan panjang dan anti rayap. “Bahan kayu ini campur-campur, saya dapat dari tempat sawmil. Pesan di sana, jenisnya macam-macam. Tetapi pasti saya pilih yang bagus. Kalau besinya saya cari yang bagus, pesan langsung dari Jakarta. Jadi kualitas kita tidak kalahlah dengan yang bermerek,” kata dia.
Dalam satu bulan, Ayak mengaku mampu menjual sekira 500 unit kursi. Satu unit kursi kafe sendiri dihargainya Rp 80-85 ribu. Dalam satu bulan dia mampu menghasilkan Rp 50 juta. “Pernah sepi sekali, kami hanya dapat omzet Rp 20 juta saja, tetapi lumayanlah. Mampu menghidupi keluarga dan membayar gaji karyawan,” ungkap dia.
Meskipun mampu membuat berbagai jenis furniture, tukang mebel ini lebih memfokuskan diri untuk membuat perlengkapan warung kopi dan kafe. “Saya bisa buat sofa, lemari dan lain-lain, tetapi memang maunya fokus di kursi kafe saja. Ini sudah bertahun-tahun saya kerja begini,” ujar dia.
Walaupun di tingkat lokal nama bengkelnya sudah sangat populer, tetapi dia masih enggan untuk mengekspansi pasar yang lebih besar. “Yang sekarang lumayan, sudah jauh maju dibanding waktu awal saya memulai dulu. Bersyukur saja. Yang penting dari bisnis ini saya sudah bisa menguliahkan empat orang anak saya. Sekarang semua anak saya sarjana,” pungkas dia.
Berawal dari Ikut OrangKebanyakan para penyedia jasa servis jok berawal dari menjadi karyawan di bengkel servis jok pula. Bahasa Pontianaknya; ‘ikut orang’. Lantaran sudah mahir dan berpengalaman di bidang ini, mereka lantas membuka usaha serupa sendiri. Sebagian dari mereka sukses, dan memiliki pelanggan lebih besar dari tempat mereka bekerja. Paling penting, mereka kini menggaji diri sendiri bahkan orang lain (karyawan).
Seperti yang dialami Candra (35). Sepuluh tahun lalu, pemilik Fortuna Jok ini adalah karyawan di bengkel servis jok. Pekerjaan itu dilakoninya dengan serius. Melihat bisnis ini cukup menjanjikan, dia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja dan membuka usaha sendiri. Hasilnya lumayan. Dalam sebulan dia bisa mendapatkan omzet puluhan juta rupiah. Dia juga mempekerjakan tiga orang karyawan.
“Usaha servis jok ini tidak ada matinya. Dari dulu sudah ramai, dan sekarang makin ramai yang buka. Tetapi pelanggan kita tetap bahkan bertambah. Ini karena sekarang hampir setiap rumah perlu punya sofa baru atau mengganti jok sofanya. Makanya jasa ini tidak pernah mati,” ungkap dia.
Demi menghadapi persaingan, dia berusaha menjaga kualitasnya. Menurutnya, tarif lebih mahal sedikit ketimbang kompetitor tidak apa-apa asal kualitas diakui konsumen. “Kebanyakan yang datang ke sini adalah pelanggan. Kalau pun tidak, mereka dikenalkan oleh pelanggan. Ini karena kami menjaga kualitas,” ucapnya.
Kusnan (37), pengusaha servis jok lainnya di Jalan Suwignyo pun sama. Dia adalah anak buah di bengkel jok dulunya. Namun tiga tahun lalu dia memutuskan membuka usaha bengkel reparasi sofa senduri. Dia dibantu oleh tiga orang karyawannya. Usaha reparasi sofa sendiri, kini mulai menjamur di Pontianak. “Saya juga dulu awalnya hanya karyawan bengkel seperti ini. Ketika ada modal saya putuskan buka bengkel sendiri,” katanya. (ars/Pontianak Post)
0 comments:
Post a Comment