banner available

Harga Rumah Subsidi Naik

Sumber Gambar dari Pontianak Post

Real Estate Indonesia (REI) Kalimantan Barat memastikan kenaikan harga rumah untuk seluruh tipe pada 2016 seiring dengan kenaikan harga tanah. Sementara itu Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sudah mengeluarkan pengumuman harga rumah dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) alias perumahan bersubsidi untuk tahun depan.

Tahun 2016 rumah tipe 36 di provinsi ini akan naik Rp7 juta dari harga maksimal yang ditentukan oleh pemerintah. “Tahun depan rumah bersubsidi diberikan batas maksimal harga Rp128 juta. Naik Rp7 juta dari harga tahun 2015,” ujar Ketua REI Kalbar, Sukiryanto kepada koran ini.

Besaran kenaikan harga tersebut, kata dia, sudah sesuai dengan aspirasi apra developer. “Kenaikan itu saya kira sudah cukup baik, mengingat prediksi kita terhadap kenaikan harga bahan bangunan dan ongkos lainnya di tahun depan. Walaupun naik harganya, saya kita ini tidak akan terlalu berpengaruh karena bunga sudah turun dan persyaratan yang mudah,” tambah dia.

Menurut dia, kenaikan harga properti akibat kenaikan harga tanah masih dapat ditunda dibandingkan kenaikan harga akibat kenaikan harga material bangunan. “Kalau harga material bangunan sudah naik tentu kenaikan harga rumah tidak dapat ditunda. Meski demikian hingga saat ini harga material bangunan masih stabil, harapannya bisa terus stabil hingga tahun depan,” katanya.

Dia sendiri optimis tahun depan prospek untuk penjualan rumah subsidi masih bagus, walaupun pemerintah sudah menaikan standar harga jual. “Untuk pengambilan KPR, kenaikan Rp7 juta tidak akan terlalu terasa. Saya contohkan, kalau untuk kredit 20 tahun, kenaikan Rp7 juta, debitur hanya ketambahan beban sekitar Rp30 ribu per bulan, atau Rp1000 per hari. Tidak terlalu berdampak ke daya beli masyarakat. Apalagi bunga KPR subsidi sudah turun,” ungkap dia.Penjualan rumah bersubsidi di Pontianak dan sekitarnya masih mampu mencatatkan pertumbuhan di tengah lesunya kondisi ekonomi sepanjang tahun ini. Menurut dia, insentif berupa penurunan bunga subsidi menjadi 5 persen dan uang muka Rp1 juta cukup membantu penjualan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Kendati demikian, hal tersebut belum membuat REI melampaui target tahun ini. “Sekitar 80 persen rumah MBR kami yang terjual dari target 5000. Walaupun belum mencapai target, tetapi angka tersebut lebih baik dari tahun lalu. Ada pertumbuhan 20 persen,” ungkap Sukiryanto.
Mansyur, salah seorang pengembang rumah bersubsidi juga optimis menatap tahun 2016. Menurutnya permintaan masih cukup tinggi. Bahkan banyak pemohon KPR yang tidak lolos lantaran tak memenuhi persyaratan dan standar dari perbankan. Hanya saja, developer rumah bersubsidi kini semakin kehilangan ruang untuk pembangunan lantaran tanah di sekitar keramaian semakin tinggi.
“Sekarang kami hanya mampu membangun di pinggiran saja, karena di kota harga tanahnya gila-gilaan. Akan tetapi melihat rencana pengembangan dari pemerintah ke depan, lokasi-lokasi pinggiran tersebut akan berkembang. Cukup potensial sekarang adalah di sekitar Desa Kapur dan Sungai Kakap (Kubu Raya), karena tidak terlalu jauh dari kota,” pungkasnya. (ars)

Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment