TERTARIK : Pengunjung tengah asyik memperhatikan deretan sangkar dengan burung-burungnya, di sebuah toko berlokasi di Jalan Puyuh Pontianak. FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST |
Memulai bisnis tidak sekedar karena ada modal. Justru bisa diawali karena hobi. Seperti hobi memelihara burung berkicau. Hobi ini menjadi ide bisnis yang cukup cemerlang. Apalagi tidak sedikit penggiat hobinya untuk se-tingkat Kota Pontianak.
Burung kicauan, merupakan salah satu komoditas hewan yang dicari banyak orang. Harganya bervariatif dan terbilang bagus. Mulai dari amprahan seharga Rp 25 ribu hingga sudah jadi burung kicauan dengan harga puluhan sampai ratusan juta. Adalah Anen, pria hobi dengan burung berkicau yang lalu membuka usaha sama dengan hobinya. Tak hanya burung, toko milik Anen juga menjual kebutuhan untuk burung berkicau seperti sangkar, pakan dan tempat mandi burung.
Anen ditemui Probis sedang bersantai sambil mengobrol dengan pelanggan di toko miliknya. Setelah berbincang sejenak, pemilik toko burung di Jalan Tengku Umar ini mau menceritakan mengenai usaha yang dibangunnya. “Sudah delapan tahun usaha ini berdiri. Berawal hobi, kemudian dikembangkan menjadi usaha,” kata Anen. Ada beragam burung yang dijualnya. Mulai dari murai baru, cicak hijau, cicak rowo dan kenari. Sebagian besar burung yang dijual, adalah burung yang biasa ikut lomba.
Burung yang dijual ini merupakan hasil tangkapan di hutan. Namun ada juga yang berasal dari peternakan. Karena masih muda dan kicauannya belum terbentuk harga jualnya pun murah. Hanya Rp 25 ribu. “Kalau sudah jadi, harganya bisa jutaan. Bahkan jika di Pulau Jawa, harganya bisa mencapai belasan juta,” kata dia. Selain burung, Anen juga menjual sangkar. Motifnya beragam, ada kotak dan bulat. Begitu juga motifnya. Ada bermotif naga, klub sepakbola dan motif lainnya.
Harga yang ditawarkan pun beragam. Dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. Harganya pun bisa lebih tinggi, jika sangkar yang dijual lebih bagus. Pakan juga dijualnya dengan harga yang bervariatif. Menurut Anen, sebagian besar sangkar itu didatangkan dari Jakarta. Meskipun pecinta burung disini cukup ramai, namun pembuat sangkar lokal belum ada. Sangkar-sangkar inilah yang dikirim ke berbagai daerah di Kalimantan Barat. Termasuk ke Kapuas Hulu dan perbatasan Indonesia – Malaysia. “Sangkar bahkan dikirim sampai ke Badau dan Kepulauan Natuna,” kata dia.
Meski tidak menjual sangkar lokal, Anen menyediakan jasa perbaikan untuk sangkar-sangkar yang rusak. Hanya saja Anen belum mau menceritakan omset yang diperolehnya setiap bulan. Namun dia menyebutkan setiap sangkar yang datang selalu habis dibeli. “Sekali datang biasanya ratusan sangkar. Dan itu langsung dikirim ke berbagai daerah,” pungkasnya.
Selain Anen, ada juga Sadikin yang bergelut di bisnis burung berkicau. Tokonya terletak di Jalan Puyuh, Kecamatan Pontianak Bara. Tokonya yang kecil dan dipenuhi burung dan sangkarnya. Ada juga pakan serta vitamin untuk burung yang dijual Sadikin. Pangan untuk burung tidak hanya dalam bentuk kemasan. Ada juga berbentuk alami, seperti jangkrik dan ulat.
Bisnis ini sudah tiga tahun dijalani. Dia sudah berkali-kali ganti sektor usaha. Pilihan terakhirnya jatuh ke usaha burung berkicau. Untuk mempermudah pengawasan, Sadikin memasang CCTV di sudut tokonya.
Menurut Sadikin, sebagian besar produk yang dijual itu datang dari Semarang, kecuali burung. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur itu diperolehnya dari peternak atau tangkapan dari hutan. Biasanya itu burung yang kicauannya belum terbentuk dengan baik. Jika demikian disebut burung amprahan. Seperti cicak hijau, cicak jenggot, murai, kacir dan kenari. “Harganya pun murah hanya Rp10 ribu. Kalau sudah jadi relatif dan tak bisa patok harga, karena bisa saja harganya sangat tinggi,” pungkasnya. ((Oleh : Ramses L Tobing/Pontianak Post)
0 comments:
Post a Comment