Indonesia termasuk konsumen kendaraan bermotor terbesar di dunia. Penjualannya laris manis, walaupun belakangan penjualan motor baru menurun. Namun peluang usaha dari perdagangan kendaraan bermotor masih menjanjikan. Terutama, pada penjualan motor bekas. Aristono, Pontianak
USMAN asik berbincang dengan karyawannya di kios Jalan Imam Bonjol, samping Gang Bansir, Pontianak. Sudah seharian dia duduk di tempat usahanya memeperjualbelikan sepeda motor bekas. Menunggu pembeli adalah pekerjaannya sehari-hari. “Begini lah saya setiap hari. Menunggu calon konsumen datang, kalau orang biasanya tidak tahan dan bosan,” kata pria berusia 42 tahun ini. Dia adalah penjual sepeda motor bekas.
Namun pekerjaannya jauh lebih banyak dari itu. Saban hari, dia dan dua karyawannya, wajib memanaskan mesin-mesin sepeda motor yang dijual. Mereka juga rajin mengelap dan memoles kendaraan-kendaraan tersebut. Tentu saja agar kualitas produk yang dijualnya tetap terjaga dan menarik untuk para konsumen.
Ada 17 unit sepeda motor yang dipajangnya di halaman kios tersebut. Jenis dan merek bermacam-macam, dari sepeda motor bebek, matik, hingga sport. Usman mengungkapkan dalam satu bulan dia mampu menjual 25-30 unit motor. “Tidak tentu sih. Tetapi sekitaran segitu setiap bulannya. Lumayan lah untuk menghidupi anak istri,” ujarnya merendah.
Dia mengaku, dari satu kendaraan dia mampu meraup untung Rp200-800 ribu per motor. Keuntungan tersebut tergantung jenis motor. Ada beberapa jenis dan merek motor yang sulit terjual cepat, dia hanya mengambil untung kecil agar lekas laku. Pasalnya, harga sepeda motor bekas akan terus menurun. Sepeda motor dihargai selain berdasarkan jenis dan mereka, juga ditentukan oleh kondisi mesin dan tahun pembuatan. Semakin lama ditahan, maka harganya akan menyusut.
Meskipun demikian, Usman mengaku hampir tidak pernah rugi selama berdagang. Pernah sekali, dia ditipu teman sendiri. Saat itu temannya mengaku mendapat pembeli, dan meminta izin Usman untuk membawa motor yang akan dijual itu. Namun ternyata oleh si oknum, motor tersebut digadaikan. Usman pun harus mengeluarkan uang untuk menebus motor tersebut.
Untuk memperluas pemasaran, dia juga menjalin relasi dengan banyak sesama penjual di berbagai daerah. “Terkadang ada teman di Ketapang yang butuh motor tertentu, tetapi kosong di sana. Nah dia menelepon saya; apakah ada stok atau tidak. Kalau ada saya kirim motornya. Nanti kita juga dapat fee dari dia. Begitu juga kalau stok saya kosong, saya akan tanya ke teman-teman,” ungkap dia.
Namun belakangan ini dia mengakui terjadi penurunan penjual lantaran ekonomi yang melesu. Hal serupa diakui Martin pengelola dealer motor bekas Gaya Motor di Jalan Gajahmada. “Belakangan ini terjadi penurunan penjualan karena perekonomian memang lagi lesu. Ini sudah terjadi sejak enam bulan lalu,” pungkasnya. (ars)
0 comments:
Post a Comment