IKAN HIAS : Bisnis ikan hias di Kota Pontianak masih cukup menjanjikan, tampak salah satu toko ikan hias di Jalan Gajahmada masih bertahan kurang lebih 20 tahunan. MEIDY KHADAFI/PONTIANAK POST |
Banyak orang yang mencoba menggantungkan kehidupannya pada budidaya ikan hias. Wajar saja, menjalankan bisnis ini bisa membuat kantong lebih tebal. Namun melakoni ini mesti berawal dari hobi. Probisnis akan mengulas mereka yang terjun di bisnis ini.
RAMAINYA orang yang hobi dan suka mengoleksi ikan hias ternyata bisa menjadi peluang usaha. Apalagi belakangan terakhir trend ikan hias sedang naik daun. Tak jarang digelar kontes untuk beberapa ikan hias.
Misalnya ikan cupang dan beberapa jenis ikan hias lainnya.Untuk sekelas Kota Pontianak, tidak sulit mencari penjual ikan hias. Seperti di sekitar kawasan PSP (lapangan sepakbola Keboen Sajoek). Ada beberapa kios yang membuka usaha ikan hias. Kemudian di Jalan Jenderal Urip lalu di kawasan Sungai Raya Dalam dan Kecamatan Pontianak Utara.
Salah satu pelaku usaha yang menuai keuntungan di sektor ini adalah Sri Mardani. Bisnis ini sudah dilakoninya selama 16 tahun. "Saya dan suami sama-sama hobi memelihara ikan hias. Berawal dari hobi, kemudian bisa membuka usaha ini. Ternyata membuahkan hasil," kata ditemui Probisnis, kemarin siang.
Ada berbagai jenis ikan yang dijualnya. Mulai dari ikan air tawar dan air asin. Sebagian besar ikan hias yang dijual wanita berusia 49 tahun ini berasal dari Jawa. Dia beralasan dari sisi warna produk luar lebih menarik dari produk lokal.
Menurut Sri melakoni bisnis ini harus benar-benar serius. Karena tidak sembarangan merawat ikan hias yang siap dijual. Karena itulah dia mengingatkan untuk menjalankan bisnis ini harus dimulai dari hobi. Jika tidak, kata dia, maka tidak akan bisa berjalan.
Jenis ikan hias yang dijual mulai dari Ikan Koi, Neon, Molly, Discus, Guppy, Mas Koki dan berbagai jenis ikan hias lainnya. Harga satu ekor ikan tidak sama. Mulai dari Rp300 hingga Rp300 ribu. Modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha ini, kisaran Rp40 juta hingga Rp50 juta.
Butuh waktu agar modal yang dikeluarkan bisa kembali. Namun, dia mengingatkan begitu membuka usaha ini tidak spontan langsung berjalan mulus. Butuh waktu, paling tidak satu tahun agar bisa dikenal konsumen. Tentunya promosi itu dilakukan dari mulut ke mulut.
"Alhamdulillah sekarang sudah ada dapat konsumen tetap," ujar wanita yang akrab disapa Bu Herman ini. Lantas bagaimana dengan pelanggan? Dia menilai sifatnya relatif. Terkadang pada momen-momen tertentu pelanggan yang datang ramai. Biasanya itu menjelang lomba. Namun untuk dihari Jumat hingga Minggu, jumlah pelanggan yang datang lebih ramai dibandingkan hari biasanya.
Maklum, Toko Ikan Hias Indah miliknya itu tidak hanya menjual ikan hias, tapi juga pakannya. Toko ini juga menjual akuarium beserta background. Untuk harga akuarium pun tergantung ukuran. Kisaran dari Rp100 ribu ihngga Rp550 ribu.
Soal persaingan Sri menilai itu adalah hal yang wajar. Karena usaha itu terus tumbuh. Justru sesama pedagang ikan saling menjaga harga, sehingga tidak ada yang saling menjatuhkan. "Harga tetap sama, sekarang bagaimana komunikasi dengan pelanggan saja," kata dia.
Berhenti Kerja di Farmasi dan Pilih Jualan Ikan HiasBegitu juga dengan Yanto. Berbisnis ikan hias sudah dilakoninya selama 10 tahun terakhir. Keuntungan yang lumayan besar membuatnya berhenti dari pekerjaannya di Farmasi dan memilih membuka usaha ikan hias.
Lebih dari 30 jenis ikan hias yang dijualnya. Lokasinya tepi Jalan Jendral Urip sehingga tidak sulit mencarinya. Pintu bagian depan berwarna biru. Terpampang Spanduk Toko Ikan Hias Urip.Jika masuk ke dalam, ruang tokonya tidak begitu besar. Ruangan itu menyatu dengan tempat tinggal Yanto. Beberapa akuarium tersusun rapi di atas rak. Ada kolam besar yang menggunakan terpal di bagian lantai. "Awalnya hobi, kemudian coba-coba jual. hasilnya menjanjikan," ucapnya.
Selain hobi, jelas Yanto, dalam berbisnis ikan hias, pelaku usaha harus tahu dengan air. Agar ikan yang dipelihara tidak mati. sebagian besar sumber air di kolam miliknya berasal dari PDAM.Apakah berbahaya untuk ikan? Menurut Yanto air PDAM tidak berbahaya asalkan diolah terlebih dahulu. Sehingga ikan tidak langsung dimasukkan begitu saja ke dalam kolam. "Paling tidak endapkan dulu airnya hingga tiga hari. Ini karena kandungan klorin di air PDAM," kata dia.
Menjalankan usaha ini, jelas dia, memang terlihat santai tapi juga ribet. Ini karena pelaku usaha harus mengganti air ikan dalam waktu tiga hari. Namun tidak semua air harus diganti, hanya separohnya saja. Untuk pakan pun tidak habis banyak. Dalam usaha ini, Yanto hanya menghabiskan dua bungkus pakan.
Ini karena perputaran ikan hias yang dijualnya sangat cepat. Apalagi dia tidak hanya menjual untuk eceran, tapi juga partai besar. Kiriman pun seperti ke Kapuas Hulu, Singkawang dan Ketapang "Sebagian besar ikan dari luar. Jika dari lokal, harganya tidak mendukung hanya selisih sedikit saja. Kadang pun hampir sama. Untuk ikan yang paling banyak dicari ikan koi dan komet," ungkapnya.
Pakan ikan pun, lanjut dia, tidak mesti bergantung pada pelet. Justru ada makanan dari alam, seperti kutu air, jentik-jentik nyamuk. Sehingga menekan biaya operasional. Jadi, anda tertarik berbisnis ikan hias. (Ramse L Tobing)
0 comments:
Post a Comment