Anda boleh tak percaya, tapi Wahyu Wibowo sudah membuktikannya. Berawal dari hobi memelihara hewan, dia bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah.Namun prosesnya tak instan. Butuh waktu agar bisa memberikan penghasilan yang menjanjikan. Pria yang tinggal di Gang Sekolah Jalan Pangeran Natakusuma ini pun tidak langsung memelihara ikan hias.
Justru hobi awalnya memelihara kelinci. Dari hewan kosmopolit, dia kemudian memelihara lobster air tawar. Hingga berakhir ke ikan hias. Sekarang pun dia sedang memelihara lobster air asin. Sektor bisnis yang sedang dikembangkan. "Semuanya berawal dari tahun 2000. Tapi untuk ikan hias, sejak tahun 2010," kata dia.
Wahyu tak menyangka ketika memelihara ikan hias ternyata memberikan keuntungan yang lumayan. Dari sana dia pun bertekad untuk mendalami bisnis ini. Dia lantas menggali ilmu, tidak hanya dari buku tapi juga didunia maya.
Ini dilakukan karena Wahyu tak memiliki latar belakang ilmu soal perikanan. Justru disiplin ilmunya adalah Teknik Sipil Untan. Sehari-harinya dia bekerja sebagai konsultan proyek. Namun dia berhenti dari pekerjaan, lantaran keuntungan dari berbisnis ikan hias lebih menjanjikan.
"Bayangkan saja, ikan hias saya sepanjang 15 cm harganya sudah Rp30 ribu. Itu harga untuk satu ekor ikan, tapi tergantung jenisnya lagi," ungkap pria kelahiran tahun 1985 ini.Perlahan-lahan bisnis yang dilakoninya inipun mulai berkembang. Sekarang dia sudah memiliki 18 kolam. Ukurannya beragam, dari 1,5 m x 2 m dan 2 m x 4 m. Begitu juga untuk akuariumnya, ada 18 unit.
Sebagian besar ikan hias milik Wahyu berasal dari luar Kalbar. Namun ada juga yang dari lokal. Tapi tidak banyak. Itu merupakan ikan asli dari Pulau Kalimantan. Bahkan termasuk dari perhuluan Kalimantan Barat. Selain ikan Wahyu juga memelihar lobster laut. Harga jualnya pun sangat tinggi.
Justru, lanjut dia, masyarakat luar suka dengan ikan asal kalimantan. Nilai jualnya pun cukup tinggi. Apalagi market pasarnya, bukan di Kota Pontianak. Namun di Jakarta, Yogyakarta dan beberapa daerah di Kalbar. "Pernah saya kirim ke Thailand," kata dia.
Hanya aktivitas pengiriman ikan kemarin sempat terganggu akibat gangguan kabut asap. Wahyu pun tak bisa mengumpulkan ikan dari para nelayan. Ini karena nelayan tidak berani turun ke air lantaran kabut yang terlalu tebal.
Untuk airnya, Wahyu tidak menggunakan air PDAM dan air hujan. Justru dia menggunakan air dari sumur bor. Namun tidak bisa langsung digunakan. Air mesti diolah agar bisa jernih. Proses pengolahannya memakan waktu dua hingga empat hari.
Lantas bagaimana dengan pakan ikan? sebagian besar pakan ikannya adalah pelet. Dalam sebulan dia bisa menghabiskan 10 kilo pelet. Namun ada alternatif pakan bisa menggunakan cacing, kutu air atau Artemia.
"Kalau bicara omset, lumayan besar. Jika bibit tersedia dengan baik keuntungannya cukup besar," pungkasnya. (mse)
0 comments:
Post a Comment