Salah satu lapak di Kota Pontianak. Foto Pontianak Post |
Timbuhnya penjualan kaos-kaos lokal tidak lepas dari perannya distro. Sudah tidak heran, jika dalam beberapa tahun terakhir distro-distro di Kota Pontianak tumbuh pesat.Selain memasarkan kaos dari luar, sebut saja, Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, Distro yang berdiri tetap memberikan kesempatan untuk kaos-kaos lokal masuk.
Secara kualitas pun tidak jauh berbeda dengan kaos dari luar. Begitu juga dengan desain kaos yang ditampilkan. Numeriq misalnya. Distro yang berdiri sejak 2004 juga menerima kaos-kaos dari lokal. Produk lokal yang masuk berupa penitipan. Keuntungan dibagi. Persentasenya Numeriq mendapat 25 persen dari harga jual.
Hanya saja, Owner Numewiq, Konda mengingatkan dalam berbisnis pun harus idealis. Artinya produk-produk yang masuk harus terjamin. Baik itu keaslian dan kualitasnya. Ini dilakukan untuk mempertahankan brand.
“Kami tetap menjaga idealis. Ada semacam quality control bagi home industri yang masuk ke sini. Jika kualitas oke, maka bisa masuk. Itu karena kita mendukung produk asli,” jelasnya. Selain Distro sejumlah konveksi sablon juga mulai bermunculkan untuk menampilkan khas-khas lokal. Rendra salah seorang pemilik brand lokal mengaku persaingan memang semakin ketat ketika usaha serupa yang muncul.
Hanya saja menurutnya setiap pemilik usaha tentu memiliki trend tersendiri. Baik itu dari nama maupun desain yang ditampilkan. Desain inilah yang bisa menarik konsumen untuk membeli. Selain itu, daya tarik pada kualitas kaos yang dijual. Semakin mahal maka kualitas pun akan semakin baik. Baik dari sisi ketahanan baju dan cetakan desainnya.
Tertarik Koleksi Kaos LokalSiapa yang tak suka menggenakan kaos? Anak kecil hingga orangtua, semuanya hobi menggunakan kaos. Tidak pandang bulu, apakah mereka itu wanita atau pria.Kaos juga tidak hanya digunakan saat mengunjungi tempat rekreasi bersama keluar.
Tapi bisa juga ketika santai di rumah. Hanya saja yang lebih banyak menggunakanya adalah kalangan anak muda.Ada berbagai alasannya yang dikemukakan ketika trend ini melekat pada anak muda. Pertama dari desain yang menarik. Misalnya desain motif lokal atau dari produksi lokal, khususnya di Kalbar.
Seperti yang diungkapkan Agus. Pria asli Kecamatan Semuntai ini tertarik dengan kaos-kaos dengan desain lokal. Apakah itu tulisan atau motif etnik dan yang lainnya. “Biasanya ketika saya pergi ke beberapa daerah tetap ada membeli kaos-kaos dengan desain lokal. Apakah itu I love Singkawang, atau Dagadu, atau tulisan lainnya,” kata dia.
Agus merasa dengan membeli kaos dengan dengan desain tersebut menandakan dirinya pernah mampir ke daerah tersebut. Bahkan koleksinya sekarang cukup banyak. Sebagian besar kaos yang dimiliki desain asli dari Kalimantan Barat. “Harganya cukup miring jadi lebih banyak mengkoleksinya,” kata dia.
Selain Agus, ada juga Sandi yang hobi mengkoleksi kaos-kaos lokal. Bedanya jika Agus mengkoleksinya desain lokal, Sandi justru berburu sumber produksinya. Meskipun desainnya lebih modern, asalkan dari merek lokal maka tetap dibelinya. Salah satunya kaos dengan merek Silok. “Setidaknya saya menghargai kawan-kawan yang sudah kreatif membuat brand lokal. Ini sebagai gambaran, jika brand Kalbar juga tidak kalah dengan brand luar,” tandasnya. (mse)
(mse)
0 comments:
Post a Comment