banner available

Makin Menjamur, Makin Optimis

TRANSAKSI : Seorang Teller di Bank Mandiri Syariah Cabang Pontianak tengah melayani nasabah.  FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST
TRANSAKSI : Seorang Teller di Bank Mandiri Syariah Cabang Pontianak tengah melayani nasabah.  FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST

Perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat Kalimantan Barat. Dari tahun ke tahun, penetrasi perbankan syariah kian gencar. Banyak bank konvensional memiliki juga kantor bank syariah, lantaran potensi bisnisnya yang besar. Namun sayang, sasaran nasabahnya belum meluas.

Bisnis keuangan syariah menggeliat di Kalimantan Barat dalam beberapa tahun terakhir. Paling mendominasi di sistem yang mengadopsi ekonomi Islam ini adalah sektor perbankan. Kantor-kantor cabang bank syariah berdiri di berbagai sudut Kota Pontianak. Secara nasional, pemerintah menargetkan perbankan syariah mampu mencapai meraup pangsa pasar perbankan sebesar 5 persen. Namun di Kalbar, bank-bank syariah mampu mengambil market share hingga 7 persen.

Data Bank Indonesia, lima tahun terakhir, pertumbuhan aset perbankan syariah di provinsi ini tembus diatas 100 persen. Pada tahun 2011 misalnya, aset bank-bank syariah mencapai Rp 1,67 triliun. Sementara pada posisi September ini, perbankan syariah sudah memiliki aset senilai Rp3,78 triliun yang tersebar di berbagai wilayah di Kalimantan Barat.

Kesehatan perbankan syariah di Kalbar sendiri cukup baik. Hal tersebut tergambar dari angka rasio kredit macet atau non-performing loans (NPL). Bulan ini, NPL bank syariah secara keseluruhan di Kalbar mencapai 2,31 persen. Masih jauh dari ambang batas warning yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 5 persen.

Relatif Lebih Aman
Penasehat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Kalbar, Dwi Suslamanto mengatakan walaupun tumbuh, perbankan syariah belum menyebar ke semua segmen masyarakat, baik sosial maupun tingkatan ekonomi. Padahal kata dia, walaupun mengadopsi sistem ekonomi Islam, perbankan syariah sangat inklusif. Semua orang bisa menjadi nasabah perbankan syariah, tanpa membedakan SARA.

“Di Pulau Jawa, nasabah bank-bank syariah malah banyak berasal dari suku Tionghoa dan nonmuslim. Bahkan aset terbesar perbankan syariah ada di Inggris. Sedangkan pasar modal berbasis syariah ada di Singapura,” ungkap dia.

Dwi menyebut, sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah dan berbagai macam produk pembiayaan telah membuat banyak bank konvensional membentuk anak perusahaan untuk bermain di segmen ini. Sistem syariah relatif lebih aman dari dampak krisis moneter dan keuangan yang lebih adil, baik untuk bankir maupun nasabah. Hanya saja, kata dia, masih banyak masyarakat yang belum paham dengan sistem keuangan ini.

Menurut pria yang juga Kepala Perwakilan BI Kalbar ini, perbankan syariah kurang melakukan sosialisasi dan promosi ke masyarakat. “Perbankan syariah perlu lebih gencar sosialisasi ke masyarakat untuk menjelaskan keunggulan sistem keuangan ini. Selain itu promosinya harus lebih gencar. Saat ini biaya beriklan total bank syariah saja masih kalah jumlahnya dari satu bank konvensional,” sebutnya.

Di samping itu, produk-produk bank syariah masih banyak yang menggunakan istilah ekonomi dari Bahasa Arab, yang kurang familiar di telinga kebanyakan masyarakat Indonesia. Faktor lain adalah keterbatasan sumber daya manusia berbasis keuangan syariah dan jejaring yang masih sempit.

Tak kalah penting adalah sektor riil syariah yang belum mendukung. “Bank syariah bisa tumbuh pesat terutama di perkreditan, kalau banyak sektor riil yang berbasis syariah. Contohnya bank syariah bisa membiayai industri makanan berbasis syariah. Tetapi ini kan sulit, karena harus ada sertifikasi dan persyaratan lainnya,” pungkas dia. (ars)
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment