banner available

Dari Dodol, Snack hingga Kopi Aloevera

KEMASAN : Sunani menunjukkan olahan lidah buaya yang dikemas dalam bentuk Nata de Aloevera dan minuman teh. FOTO MUDJADI/PONTIANAKPOST
KEMASAN : Sunani menunjukkan olahan lidah buaya yang dikemas dalam bentuk Nata de Aloevera dan minuman teh. FOTO MUDJADI/PONTIANAKPOST

PONTIANAK – Sudah 11 tahun Nazaruddin mengembangkan usaha dodol dengan merek Kemuning. Warga Jalan Budi Utomo, Siantan Hulu ini mengaku dapat meraup keuntungan yang lumayan setiap bulannya dari hasil penjualan dodol buatannya. “Omzetnya itu kalau dulu lagi lancar-lancarnya itu bisa sampai 30-an juta sebulan, tapi sekarang menurun hanya 20 jutaan,” ucap dia.

Permintaan pasar sebenarnya  cukup banyak, terutama pada even-even atau pameran. Namun kata dia, ada berbagai kendala yang masih sulit diatasi, terutama daya tahan dodol itu sendiri. “Dodol ini khan beda dengan minuman dan olahan makanan lainnya. Dodol ini khan menggunakan santan juga ketan. Jadi daya tahannya masih kurang,” ucapnya.

Harga bahan baku kadang juga berpengaruh pada produksi. Seperti saat ini, harga beli bahan bakunya naik. Belum lagi pengaruh cuaca dan ekonomi yang tidak stabil. “Beberapa bulan lalu penjualan turun. Produk ini khan mengandalkan wisatawan,” timpalnya.

Aloe vera juga dapat diolah menjadi aneka snack. Vivi Susanti, Pemilik dari Ulira Frozen Food & Snack ini sejak Desember 2014 lalu mencampurkan aloe vera dengan aneka bahan makanan lainnya. Ada snack aloe vera ikan, keju, juga ada rempeyeknya. “Tapi karena produknya baru, pemasarannya belum luas,” cetusnya.

Dia melihat permintaan pasar cukup baik. Hal ini terlihat dari setiap pameran yang diikuti. “Kemarin ikut pameran ke Bukit Tinggi, ada yang mengajak kerjasama. Tapi kendalanya itu di pengiriman. Kalau kirim dalam jumlah sedikit, ongkosnya mahal,” bebernya.

Manfaatkan Kulit Jadi KopiBelum lama ini, Arya Pratama (42 th) pemilik dari Arya Cipta Mandiri juga mengolah aloe vera menjadi kopi. Sebelumnya, Arya lebih dulu melakukan riset untuk meracik aloe vera coffee menjadi sedap dinikmati. Tentunya tak kalah sedap dengan kopi biasanya. “Saya meraciknya lebih dari 10 kali sampai benar-benar komposisinya pas antara kopi dan aloe veranya,”kata dia.

Kopi aloe vera dibuat dari olahan kulit lidah buaya yang dicampur dengan kopi biasa. Respon dari masyarakat cukup baik, terutama orang terdekatnya. “Saya sudah memasarkannya itu, baik offline maupun online. Sejauh ini sudah ada profit yang saya dapatkan, meskipun omzetnya masih kecil. Dalam sebulan bisa habis terjual 500 bungkus. Perbungkusnya itu 25 ribu rupiah,” ujarnya.

Satu bungkus kemasan beratnya 100 gram. Menurut Arya, jika dirata-ratakan, satu bungkus bisa menghasilkan 10 gelas kopi. “Ini bergantung dari cara orang membuatnya. Tingkat kekentalannya juga,” terangnya. Tingginya peminat kopi di Pontianak, menjadi salah satu alasannya ingin mengembangkan kopi lidah buaya. Apalagi lanjutnya kulit lidah buaya ini manfaatnya banyak. “Rasanya tidak jauh beda dengan kopi biasa, ada pahit khas lidah buayanya, “ tandasnya. (mrd)
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment