banner available

Menjual Kreativitas, Memancing Turis

CITY TOUR :  Masjid Jami menjadi salah satu tujuan singgah bagi wisatawan, sembari menjelajahi sungai Kapuas. Paket city tour harusnya lebih banyak dikembangkan lagi dengan kreatifitas baru yang bisa menarik minat turis lebih banyak. FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST
CITY TOUR :  Masjid Jami menjadi salah satu tujuan singgah bagi wisatawan, sembari menjelajahi sungai Kapuas. Paket city tour harusnya lebih banyak dikembangkan lagi dengan kreatifitas baru yang bisa menarik minat turis lebih banyak. FOTO HARYADI/PONTIANAKPOST

Untuk masalah pariwisata, Kota Pontianak belum semaju kota-kota lain di Indonesia.  Padahal potensi budaya multietnik, Sungai Kapuas, hingga kuliner ada semua. Penerbangan menuju kota khatulistiwa ini pun semakin tahun semakin bertambah. Butuh kreativitas lebih untuk mendukung wisata dalam kota.

Even Cap Go Meh di Kota Singkawang masih menjadi magnet yang mendatangkan wisatawan secara massal. Ramai orang luar Kalimantan Barat, bahkan luar negeri datang untuk menyaksikan festival tahunan tersebut. Pontianak turut ketiban untung. Dengan fasilitas hotel dan perbelanjaan paling lengkap, banyak turis yang memilih menginap di Pontianak. Padahal Pontianak bukan melulu kota transit. Ada berbagai potensi wisata yang bisa dijual di sini, tanpa menunggu momen-momen khusus.

Ketua Asosiasi Agen Travel atau Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Kalbar, Hefni AS mengatakan, selama ini para agen hanya menjual paket city tour yang itu-itu saja. Selama ini yang dijual hanya Tugu Khatulistiwa, Masjid Jami, Keraton Kadriah, Aloevera Center, Museum, Rumah Radakng dan Rumah Melayu. “Untung akhir-akhir ini mulai banyak kapal wisata di Sungai Kapuas. Jadi wisatawan ada pilihan lain,” ujarnya kepada Pro Bisnis, kemarin.

Lantaran dagangan yang ‘kurang nendang’ itu, banyak biro perjalanan yang enggan berkecimpung di bisnis city tour. Disebutkan Hefni, dari 144 agen travel yang terdaftar sebagai anggota Asita Kalbar, hanya ada belasan travel saja yang menjual paket jalan-jalan di ibukota provinsi ini. Para wisatawan pun kerap mengeluh lantaran obyek yang dikunjungi kurang greget.

Hefni mencontohkan rumah budaya di Pontianak yang tidak punya jadwal rutin atraksi tari atau seni panggung lainnya. “Wisatawan datang ke Rumah Betang atau Rumah Melayu hanya melihat bangunannya saja. Andai kata ada jadwal rutin, sendra tari atau pertunjukan lainnya, tentu lebih menarik. Perlu kreativitas lebih dari para pengelola,” sebutnya.

Memang ada beberapa agen travel yang bikin paket wisatanya sendiri. Seperti paket bersepeda ke Kampung Beting, menjelajahi Sungai Kapuas dan lain-lain. Namun jumlahnya masih sedikit dan biasanya dalam rombongan kecil. “Kami apresiasi yang bisa bikin seperti itu,” sambung dia.

Ketimbang wisata alam dan budaya, kata dia, Pontianak malahan mulai mengarah kepada MICE, akronim bahasa Inggris dari "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal itu seiring bertumbuhnya hotel-hotel berbintang disini.  Mulai banyak pertemuan atau kegiatan skala nasional. Paling besar kemarin Festival Khatulistiwa yang diikuti juga Presiden Joko Widodo bulan Agustus lalu.

Banyak kota besar di Indonesia yang sudah menjadikan dunia MICE sebagai salah satu potensi wisatanya. Biasanya untuk menjadi kota MICE, juga harus didukung oleh obyek wisata pendukung. “Pontianak selama ini belum menjadi pilihan utama untuk even nasional. Belum ada hotel bintang lima di sini. Begitu juga lahan parkir di hotel-hotel yang belum mendukung. Kita masih menjadi pilihan ke sekian,” katanya menyayangkan.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji kerap berbicara tentang wisata di Pontianak. Dia bertekad untuk menjadikan Pontianak semakin dikunjungi banyak orang. Dia lebih memilih untuk membenahi masyarakat dan infrastruktur terlebih dahulu. Sejumlah ikon Pontianak mulai diperbarui. Salah satu monumen yang digarap adalah Tugu Khatulistiwa yang mempercayakan pihak swasta sebagai pengelolanya. Begitu juga dengan Taman Alun Kapuas.

Rencana lain yang belum terealisasi adalah menjadikan Sungai Kapuas sebagai ‘halaman’ bagi bangunan-bangunan di tepiannya. Wali Kota menginginkan ruko-ruko dan gedung di tepi Sungai Kapuas menghadap ke sungai, bukan membelakangi seperti sekarang ini. Midji sendiri terinspirasi dari tata kota di Kuching. Namun dia mengatakan Sungai Kapuas lebih menarik daripada sungai di Kuching. Sejumlah ikon lainnya pun siap dijual, seperti kultur warung kopi, dimana Pemkot sudah menjadikan kawasan Jalan Gajah Mada sebagai Coffee Street. Kuliner Pontianak juga memiliki kekhasan. **
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment