banner available

Pundi Rupiah dari Gunungan Sampah

Gunungan sampah. Gambar dari HIKTI Org
Peruntungan bisnis bisa dimulai dari mana saja. Meskipun itu dari sampah. Barang yang dianggap orang tak memiliki nilai. Kenyataannya, omzet yang diperoleh sangat fantastis, bisa menembus angka ratusan juta rupiah. Wajar saja, karena hasil daur ulangnya diekspor ke luar negeri

Sampah menjadi barang yang bernilai. Jika jeli melihatnya, sampah bisa menghasilkan uang yang tidak sedikit. Nadhariyat Syafei melihat peluang ini. Dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan mengumpulkan pundi-pundi uang dari sampah.

Pria 26 tahun itu mungkin bukan orang yang pertama bergelut di bisnis daur ulang sampah. Dia belajar dari Indra Noviansyah yang sebelumnya sudah mendulang sukses dari bisnis ini. Bisnis Indra sudah tersebar di 24 kota di Indonesia.

Bahkan hingga ke negara tetangga, Brunei Darussalam. Indra juga mengekspor sampah yang sudah didaur ulang ke berbagai negara. Sebut saja, Singapura, Malaysia dan China. “Ini yang menjadi motivasi saya, apalagi sebelumnya saya sempat magang di tempat pak Indra. Sudah tahu sistem pengolahannya, proses dari hulu ke hilir hingga di ekspor,” jelas dia.

Sama seperti Indra, sampah yang diolah Nadhariyat adalah jenis sampah deplastik. Mulai dari gelas, botol plastik, karung, helm termasuk juga barang bekas lainnya. Tetapi barang-barang ini tidak langsung dikirim, melainkan diolah terlebih dahulu.

Menurut Nadhariyat, sampah-sampah itu diolah di pabrik yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Pontianak. Jangan kira pabriknya besar. Justru tidak sebesar bayangan kita. Jika masuk ke dalam, kita bisa melihat tumpukan sampah yang lebih tinggi dari pabriknya. Pengolahannya mulai dari menggiling sampah dengan alat, plastik chuser. Proses ini menjadi langkah awal agar sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Sebelumnya sampah-sampah itu dipilah dulu sesuai dengan bentuknya. Kemudian dicuci, baru digiling menjadi cacahan plastik kecil.

Dari tempat kecil itulah, Nadhariyat bisa mengirimkan 20 ton sampah ke Jakarta untuk satu kontainer. Sementara dalam sebulan, sekitar 3-4 kontainer  beisikan sampah yang dikirimnya ke Jakarta.

“Dalam sehari minimal menggiling lima ton sampah. Bahkan sebanyak-banyaknya pun mungkin tidak masalah,” kata dia. Sampah-sampah ini diperolehnya dari pemulung. Harga jual setiap sampah tidak sama. Misalnya botol plastik, per kilonya Rp 1.000 – Rp 2.000. Lalu barang bekas seperti ember Rp 3.000 – Rp 4.000. Setelah diolah, harga jualnya pun naik.

Bisnis ini sudah dilakoninya selama hampir satu tahun. Awal buka dia hanya memiliki tiga pekerja. Bahkan dirinya pun harus ikut aktif bekerja. Sekarang dia sudah memiliki 12 pekerja. “Omzet perbulannya sekitar 100 juta. Jika dihitung bersihnya bisa sampah Rp 40 juta,” ujarnya. **
 
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment