banner available

Menjamurnya Usaha Rumah Makan Serba Cabai

Cabe merah. Gambar dari Internet
Cabe merah. Gambar dari Internet

Saat ini makanan pedas bukan lagi menjadi makanan yang tidak ramah dengan lidah. Dari hari ke hari, muncul berbagi usaha makanan yang menjual aneka makanan pedas. Bahkan ada yang menawarkan dengan level terpedas yang membuat lidah semakin bergoyang.

Rasa cabai yang pedas memang digemari banyak kalangan sebagai penambah rasa sebuah makanan. Bahkan menu-menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari olahan ayam, daging, ikan, hingga seafood. Tentu saja masing-masing tempat kuliner memiliki keunggulan tersendiri.

Peluang bisnis makanan pedas cukup menguntungkan, sebab sasaran utamanya adalah para remaja, dan orang dewasa yang kebanyakan berminat pada makanan bercitarasa pedas. Apalagi saat ini bantuan untuk mempromosikan usaha cukup mudah, mulai dari iklan berbayar, hingga promo di media sosial. Bahkan ada beberapa usaha yang menarik pelanggan dengan nama usaha yang menggunakan istilah cabai, seperti sambal dan cabe rawit.

Sejak berdirinya lebih kurang satu setengah tahun yang lalu, usaha Dapur Sambal Pontianak di Jalan H. Rais A Rachman ini sudah memiliki langganan tetap yang senang menikmati sajian menu yang ada disana.

Menu yang ditawarkan di tempat ini, pada umumnya sama saja dengan menu-menu lainnya, tetapi yang membuatnya menjadi spesial karena aneka sambal yang tersedia cukup banyak. Pengunjung bisa memilih sajian sambal yang menjadi pilihan. Mulai dari yang biasa hingga yang benar-benar menggoyang lidah.

“Secara umum sih menunya sama saja dengan tempat lain. Tetapi yang diunggulkan itu ada 19 jenis olahan sambal,” ucap Andreas (29 th), owner Dapur Sambal Pontianak. Sebut saja seperti sambal goyang lidah, lombok hijau, sambal terasi goreng, terasi bakar, sambal capek deh, dan lainnya. “Yang paling digemari sambal goyang lidah karena yang paling pedas,” timpalnya.

Selain menyajikan rasa sambal yang berbeda dari tempat lainnya serta rasa yang bervariasi, Dapur Sambal juga memanjakan lidah pengunjung dengan rasa pedas dari cabai asli. “Penyajian menu sambalnya menggunakan cabai asli yakni cabai rawit dan cabai merah keriting. Ini juga untuk mempertahankan kualitas sambalnya, sebab memang sambal-lah yang kami unggulkan,” tutur dia.

Kebutuhan cabai yang digunakan cukup banyak. Dalam sehari penggunaan cabai rawit bisa mencapai satu hingga dua kilogram. Sementara untuk cabai merah keriting bisa setengah hingga satu kilogram. Tak hanya itu saja, untuk membuat pengunjung betah, dia juga menggunakan konsep homey. “Kami memilih konsep yang homey , jadi harapannya pengunjung bisa merasa kayak makan di rumah sendiri,” timpalnya.

Kisaran harga yang ditawarkan cukup bervariasi, dia juga menggunakan sistem paket. “Kalau paket itu harganya mulai dari Rp 22 ribu - 27 ribu,” terangnya yang memiliki harapan besar agar semakin banyak lagi masyarakat yang mencintai makanan tradisional.


Request Ekstra Pedas
Berbeda halnya dengan warung yang satu ini. Meskipun dinamakan Warung Rawit, tempat kuliner yang beralamat di jalan Putri Candramidi ini bukanlah berasal dari kata cabe rawit melainkan burung rawit yang dianggap memiliki keberuntungan.

Namun karena masyarakat lebih mengenal cabe rawit, maka tak heran bila berkunjung ke tempat tersebut, permintaan menu pedas hingga ekstra pedas pun cukup banyak. “Menu pedasnya sih tidak banyak, tetapi pengunjung rata-rata kalau pesan makanan tertentu mintanya yang pedas, misalnya nasi goreng ekstra pedas, mia jawa ekstra pedas. Jadi rata-rata tetap mintanya yang pedas,” pungkas Atie (21 th), Cook di Warung Rawit.(
Oleh : Marsita  Riandini)
Share on Google Plus

About MOMO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment